Rabu, 12 Oktober 2011

see...


H. Muhammad Nasir
Tangerang, 10 Juni 1939
-          Sekretaris Pimpinan Ranting Muhammadiyah
-          Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah
-          Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah
            Bapak Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah ini menyampaikan satu hal yang familiar sekali di telinga kita, namun acapkali kata tersebut hanya menjadi angin yang masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. DAKWAH… data yang didapat dari Ensiklopedi Islam, dakwah ialah setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis akidah, syariat, dan akhlak islamiah.
            Ditambahkan pula oleh mantan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah, bahwa menurut bahasa DAKWAH berasal dari bahasa arab yang menjadi masdar dari kata دعا يدعو
yang berarti memanggil, sedang DAKWAH berarti panggilan. Pada ayat Al-Quran yang sering dikatakan ayat muhammadiyah itu juga terdapat kata yad’uuna yang berarti mereka memanggil. “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyerukan kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari kemungkaran. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
            DAKWAH bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun dari semua itu dapat didefinisikan bahwa DAKWAH terbagi menjadi 2:
1.      Dakwah bil Lisan, yaitu DAKWAH yang dapat dilakukan melalui Lisan (ucapan) atau sering kali kita menyebutnya dengan metode ceramah.
2.      Dakwah bil Hal, yaitu DAKWAH yang disampaikan dengan perbuatan langsung atau dengan memberikan gambaran dan caranya secara langsung seperti praktek.
Pelaku DAKWAH itu disebut dengan Dai (orang yang menyeru), tetapi dalam Muhammadiyah kata Dai kurang popular daripada muballigh, secara pengertian sama saja. Muballigh yang berarti penyampai.
Dalam hadits dikatakan, "Jika kalian melihat suatu kemungkaran maka rubahlah dengan tangan kalian, dan jika itu tidak mampu maka rubahlah dengan lisan kalian, dan jika itu pula tidak mampu maka rubahlah dengan hati kalian”.
Mantan Sekretaris Pimpinan Ranting Muhammadiyah, Bapak H. Nasir menjelaskan bahwa sebenarnya untuk mengubah kemungkaran tersebut hendaklah ditanyakan dulu ke hati kita. Apakah hati kita menolak atau malah mufakat atau setuju dengan kemungkaran tersebut.
Dalam penyampaian DAKWAH, harus ada materi karena jika tidak ada yang disampaikan segala seruan akan terasa kosong. Seperti Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Sedang menurut ajaran islam materi DAKWAH adalah ayat Al-Quranul Karim yang turun kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari lamanya, atau sering kali dibulatkan menjadi 23 tahun. 13 tahun pertama turun di Mekkah sehingga ayat-ayatnya diberi sebutan ayat makkiyah dan 10 tahun turun di Madinah sehingga ayat-ayatnya diberi sebutan ayat madaniyah.
DAKWAH pertama kali dilakukan oleh Nabi secara sembunyi-sembunyi karena khawatir akan terjadi penolakan besar-besaran dari kaum kafir saat itu. Dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad melalui lisan dan kemudian dihafal oleh para sahabat, karena saat itu belum ada gagasan untuk menuliskan dan mengumpulkannya. Jadilah ayat-ayat Al-Quran bertebaran dimana-mana, ada yang tertulis di batu dan ada juga yang tertulis di pelepah daun kurma.
Ketika ayat Al-Quran telah sempurna diturunkan barulah gagasan untuk pengumpulannya dilakukan dengan juru tulis salah satunya adalah Zaid bin Haris. Alasan lain dari penulisan dan pengumpulan ayat Al-Quran ini khawatir hilangnya bacaan ayat Al-Quran karena sebab banyaknya para penghafal Al-Quran dari sahabat yang wafat ketika sedang berjihad dalam peperangan.
Dan akhirnya DAKWAH terus dilangsungkan sejak zaman Nabi Muhammad, para Khulafaur Rasyidin, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, dan seterusnya. Sampai pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 ada satu gerakan DAKWAH di Indonesia yang diberi nama “Muhammadiyah” yang diambil dari nama nabi Muhammad dan ditambahkan yaa nisbah sehingga berarti “pengikut nabi Muhammad” gerakan ini dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan dengan maksud memurnikan ajaran islam di Indonesia.
Pesan dari Bapak H. Nasir sendiri, “Anakku berdakwalah sesuai dengan kemampuanmu baik bil Lisan maupun bil Hal. Agar terjaga kemurnian ajaran Muhammad SAW”.
Nasrun minAllah wa fathun qorib…
Tangerang, 13 agustus 2011 pada Baitul Arqom di Universitas Muhammadiyah